Gobel meminta semua pihak untuk tidak meremehkan soal TKDN.
“Ini bukan sekadar relokasi dan pengalihan pekerjaan serta kemampuan membuat komponen suatu produk sederhana, tapi ada sesuatu yang sangat strategis,” katanya.
Sebagai contoh ia mengemukakan, di Jepang ada perusahaan komponen untuk membuat per keong mobil. Kini, perusahaan komponen per tersebut mampu membuat per spiral yang materinya lebih tipis dari sehelai rambut.
Per spiral tersebut untuk kebutuhan alat kesehatan. Ia juga mengemukakan contoh lain lagi, yaitu ada perusahaan komponen pembuat selang pembuangan air untuk mesin cuci.
Kini, perusahaan kecil tersebut sudah mampu membuat selang untuk komponen pesawat ruang angkasa dan juga untuk roket.
“Jadi jangan menyepelekan TKDN dan industri komponen. Kuncinya adalah pada pemberian insentif dari pemerintah pada perusahaan yang mengembangkan research and development (R&D). Jadi transfer teknologi terjadi dengan sendirinya,” katanya.
Gobel mengatakan, membangun pabrik dan membangun industri itu berbeda.
“Memang sama-sama ada mesin, ada bangunan, dan ada pekerja. Namun yang membedakan industri dan pabrik adalah ekosistem. Di dalam industri itu ada yang dinamakan piramida industri. Mulai dari industri utamanya itu sendiri hingga industri penopangnya seperti industri komponen dari tier-1 hingga tier-5, outlet resmi, outlet tidak resmi, bahkan hingga ke lembaga pendidikan dan industri keuangan. Semua terjalin dalam suatu ekosistem yang saling terkait. Mulai dari perusahaan besar hingga perusahaan UMKM. Itulah makna menjadi negara industri,” katanya.