Perspektif ini menggambarkan pemikiran pragmatis di mana pernikahan dianggap sebagai langkah rasional untuk mengelola dan mengurangi tanggungan ekonomi keluarga.
Orang tua perempuan mungkin melihatnya sebagai cara efektif untuk mengoptimalkan sumber daya finansial, dengan keyakinan bahwa menikahkan anak perempuannya akan membantu mengontrol jumlah anak yang perlu dibiayai.
Dengan demikian, di balik kebahagiaan pernikahan, terdapat lapisan pemikiran yang berkaitan dengan manajemen keuangan dan perencanaan keluarga.
Pentingnya esensi pernikahan, menurut pandangan saya, tampaknya semakin pudar. Bagi saya, pernikahan seharusnya menjadi fondasi untuk membangun kebahagiaan bersama dengan pasangan yang memang layak, dengan segala kemungkinan mencakup kestabilan finansial, harapan untuk membentuk keluarga, atau meraih tujuan bersama yang lebih besar.
Sementara saya menghargai pandangan yang diungkapkan oleh Mawar, saya merasa bahwa pemikiran semacam itu mungkin timbul akibat kurangnya pemahaman tentang betapa pentingnya harmoni dalam menjalani kehidupan rumah tangga.
Menurut saya, pernikahan sejati tidak hanya terfokus pada pencapaian target materi atau rencana keluarga, tetapi juga melibatkan dimensi yang lebih mendalam, yaitu keberlanjutan dan kebahagiaan bersama dalam perjalanan hidup yang dijalani bersama pasangan.(*)