Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini
Oleh: Ridwan Monoarfa
Wakil Ketua DPRD Provinsi Gorontalo
BICARAA.COM– Hari Kebangkitan Nasional bukan sekadar upacara seremonial yang kita peringati setiap 20 Mei.
Lebih dari itu, ini adalah momen kebangkitan kesadaran: bahwa bangsa besar dibentuk bukan hanya oleh sejarah perjuangan.
Namun oleh semangat kolektif untuk bangkit bersama, tanpa meninggalkan siapa pun di belakang.
Dunia sedang berubah cepat. Disrupsi teknologi, gejolak geopolitik, dan krisis iklim menguji fondasi kemandirian dan keadilan sosial kita.
Di tengah semua itu, Indonesia membutuhkan arah baru kebangkitan yang berpihak kepada rakyat kecil.
Juga memperjuangkan pemerataan dan yang memperkuat akar ekonomi dari bawah.
Kita tidak bisa membiarkan segelintir wilayah tumbuh pesat, sementara banyak daerah lain tertinggal dalam kemiskinan struktural.
Kita tidak boleh terus menerus menyaksikan petani, nelayan, dan pelaku UMKM berjalan sendiri tanpa dukungan sistemik.
Ini adalah panggilan untuk bangkit, dan bangkit yang adil bagi semua.
Kemandirian ekonomi tidak cukup jika hanya dinikmati oleh segelintir elite.
Kemandirian sejati adalah ketika desa-desa punya akses pasar, ketika anak muda di daerah bisa berkarya tanpa harus pergi ke kota besar.
Semua warga punya ruang yang setara untuk tumbuh dan hidup layak.
Inilah makna kedaulatan dalam konteks hari ini, berdiri di atas kaki sendiri, namun tidak melupakan tangan-tangan lain yang perlu digandeng.
Sementara itu, keadilan sosial bukan janji kosong yang diletakkan dalam sila kelima Pancasila.
Ia adalah mandat sejarah yang terus menuntut kita bekerja lebih keras.
Selama masih ada jurang antara kaya dan miskin, masih ada anak bangsa yang tak bisa sekolah, makan layak dan mengakses layanan kesehatan, maka tugas kebangkitan belum selesai.
Boedi Oetomo mengajarkan kita kebangkitan dimulai dari kesadaran dan keberanian berpikir melampaui kepentingan diri sendiri.
Kini, tugas kita melanjutkannya dalam bentuk kebijakan yang berpihak, gerakan yang inklusif, dan perjuangan yang konsisten.
Kita harus menjadi bangsa besar bukan hanya karena sejarahnya, tapi karena kemampuannya menciptakan keadilan dan berdiri mandiri di tengah dunia yang terus berubah.
Mari bangkit bersama—untuk keadilan, untuk kemandirian, untuk Indonesia yang lebih setara. (*)