BICARAA.COM-Selama waktu yang cukup lama, minat saya dalam mengkaji isu seputar perempuan dan aborsi telah tumbuh. Pengaruh dari beberapa cuplikan film mungkin menjadi salah satu faktor yang memainkan peran penting dalam membentuk pandangan saya terhadap masalah ini.
Dalam berbagai adegan film, tergambar situasi di mana perempuan mengalami kehamilan akibat tindak kekerasan atau gaya hidup bebas, dan kemudian terpaksa melakukan aborsi. Atau bahkan memutuskan untuk menggugurkan kandungan dengan beragam alasan yang melibatkan pertimbangan personal dan lingkungan sekitar.
Proses ini membuka mata saya terhadap kompleksitas serta beragam faktor yang dapat memengaruhi keputusan seputar aborsi, termasuk dampak sosial, ekonomi, dan emosional yang dialami oleh perempuan dalam situasi tersebut.
Menempuh perjalanan sebagai perempuan seringkali diiringi dengan berbagai beban dan ekspektasi, terutama jika dipandang dari sudut pandang masyarakat di Indonesia.
Terdapat paradigma bahwa perempuan yang dianggap baik adalah mereka yang bersifat patuh dan mengemban tugas-tugas konvensional di dapur, sumur, dan kasur.
Pandangan ini menciptakan tekanan besar terhadap perempuan untuk mengikuti norma yang telah ditetapkan oleh masyarakat, menempatkannya dalam peran tradisional yang mungkin tidak selalu mencerminkan potensi dan aspirasi individu.
Seiring waktu, perempuan semakin menyadari kompleksitas identitas mereka dan semakin berusaha untuk melepaskan diri dari stereotip yang membatasi.
Menyikapi hal ini, muncul semangat untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang keberagaman peran dan potensi perempuan, serta mengajak untuk meredefinisi makna kesetaraan gender.