Disclaimer: Penulis Adalah Aktivis dan Pejuang Demokrasi di Indonesia sekaligus CEO dari media (bicaraa.com)
BICARAA.COM, UNGKAPAN– Pilkada, atau pemilihan kepala daerah, merupakan salah satu pilar utama dalam sistem demokrasi di Indonesia.
Di Gorontalo, pilkada bukan hanya soal siapa yang terpilih, tetapi juga tentang bagaimana proses demokrasi ini berjalan.
Sejatinya, pilkada adalah manifestasi dari kedaulatan rakyat, di mana setiap warga negara memiliki hak untuk memilih pemimpin yang dapat membawa perubahan bagi daerah mereka.
Namun, pilkada tidak hanya menjadi ajang pemilihan pemimpin, melainkan juga ujian bagi kualitas demokrasi yang ada.
Agar demokrasi sesungguhnya bisa hadir di masyarakat, pilkada harus mencerminkan kehendak rakyat secara adil dan transparan, serta berfokus pada kesejahteraan rakyat.
Demokrasi yang sejati, sebagaimana dijelaskan oleh ahli demokrasi Robert A. Dahl dalam bukunya On Democracy (1998), adalah demokrasi yang bukan hanya mengandalkan hak pilih semata, tetapi juga pada kualitas dan integritas dari proses politik yang dijalankan.
Dahl mengemukakan dalam sebuah demokrasi, setiap individu harus memiliki kebebasan untuk berpartisipasi dalam proses politik tanpa rasa takut akan pembalasan atau diskriminasi.
Demokrasi yang ideal memberi ruang bagi warga negara untuk berbicara, berdebat, dan berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan, termasuk dalam memilih pemimpin yang akan menentukan arah pembangunan daerah mereka.
Dalam konteks Pilkada di Gorontalo, esensi demokrasi yang sejati ini sangat penting untuk dijaga.
Proses pilkada harus memastikan setiap warga dapat memberikan suaranya tanpa adanya tekanan dari luar, seperti politik uang atau intimidasi.
Penyelenggara pilkada perlu memastikan sistem pemilihan berjalan dengan transparansi, akuntabilitas, dan tanpa kecurangan.
Hanya dengan cara ini, demokrasi di Gorontalo dapat berjalan dengan baik, dan suara rakyat benar-benar mencerminkan kehendak mereka.
Namun, agar pilkada tidak hanya menjadi rutinitas tahunan, masyarakat Gorontalo harus diberi pendidikan politik yang memadai.
Ini penting agar mereka tidak hanya datang ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk memilih, tetapi juga memiliki pemahaman yang jelas mengenai calon-calon pemimpin yang mereka pilih.
Masyarakat perlu memahami visi dan misi calon kepala daerah, serta program-program yang mereka tawarkan.
Pemilihan yang berdasarkan informasi yang jelas dan terperinci akan menghasilkan pemimpin yang memiliki visi yang nyata dan mampu membawa perubahan positif bagi masyarakat.
Mengapa Rakyat Memilih?
Pilkada Gorontalo bukan hanya tentang siapa yang terpilih, tetapi juga bagaimana pemimpin yang terpilih dapat mendorong kemajuan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Di Gorontalo, beberapa tantangan utama yang perlu diatasi adalah kemiskinan, pengangguran, ketimpangan pembangunan, serta akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan yang masih terbatas.
Untuk itu, calon kepala daerah harus memiliki visi yang jelas tentang bagaimana merancang kebijakan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan yang benar-benar berfokus pada kesejahteraan masyarakat adalah pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Amartya Sen, dalam bukunya Development as Freedom (1999), menyatakan pembangunan sejati adalah ketika masyarakat diberi kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka melalui akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, pekerjaan, dan kebebasan untuk membuat pilihan dalam hidup mereka.
Oleh karena itu, pemimpin Gorontalo yang terpilih harus mampu menciptakan kebijakan yang mengutamakan pemberdayaan masyarakat, bukan sekadar pembangunan fisik atau infrastruktur yang tidak membawa dampak langsung bagi kehidupan sehari-hari rakyat.
Pemimpin yang mampu merancang kebijakan yang menciptakan peluang ekonomi, meningkatkan kualitas pendidikan, memperbaiki layanan kesehatan, serta menciptakan lingkungan yang mendukung keberlanjutan hidup adalah pemimpin yang dapat membawa Gorontalo ke arah yang lebih baik.
Pemilihan kepala daerah bukan hanya soal janji politik yang menggiurkan, tetapi juga soal implementasi
Belajar dari Tokoh Demokrasi Dunia
Untuk menguatkan pemahaman tentang pentingnya demokrasi yang sehat, kita perlu mengingat perjuangan tokoh-tokoh besar yang telah berjuang untuk kebebasan dan hak asasi manusia di berbagai belahan dunia.
Mereka adalah pahlawan demokrasi yang tidak hanya memperjuangkan hak pilih, tetapi juga mengedepankan prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan, dan kebebasan.
Nelson Mandela adalah salah satu tokoh dunia yang sangat dihormati dalam perjuangannya melawan apartheid di Afrika Selatan. Setelah menghabiskan 27 tahun di penjara, Mandela menjadi simbol perjuangan melawan ketidakadilan dan penindasan.
Ia memimpin negara Afrika Selatan menuju demokrasi dengan menekankan pentingnya rekonsiliasi dan kesetaraan bagi semua warga negara, terlepas dari ras, agama, atau latar belakang sosial mereka.
Mandela menunjukkan kepada dunia bahwa demokrasi sejati bukan hanya tentang proses pemilihan, tetapi juga tentang bagaimana pemimpin yang terpilih bisa menjaga kedamaian dan memajukan kesejahteraan rakyat.
Selain Mandela, Mahatma Gandhi di India juga merupakan simbol dari perjuangan untuk kebebasan dan hak politik yang mendalam.
Gandhi memperjuangkan kemerdekaan India dari penjajahan Inggris dengan cara damai dan tanpa kekerasan, mengedepankan prinsip-prinsip non-violence (ahimsa) dan truth (satya).
Perjuangan Gandhi mengajarkan demokrasi yang sehat harus dibangun di atas dasar kebebasan berbicara, keadilan sosial, dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia. (*)