Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini
BICARAA.COM– Kebiasaan scroll media sosial tanpa henti kini menjadi bagian dari gaya hidup anak muda.
Meski terlihat sepele, aktivitas ini memiliki dampak negatif serius, termasuk risiko brain rot, istilah populer yang menggambarkan penurunan kemampuan kognitif akibat konsumsi konten digital berlebihan.
Dr. Andrew Huberman, ahli saraf dari Stanford University, menjelaskan paparan berlebihan terhadap media sosial dapat merusak fokus dan kemampuan berpikir kritis.
“Konten singkat dan terus-menerus seperti di media sosial memengaruhi cara otak memproses informasi, mengurangi kapasitas otak untuk berpikir mendalam,” jelasnya dalam wawancara di kanal YouTube Healthline.
Brain rot terjadi ketika otak terus-menerus terpacu oleh stimulus visual dan emosional yang cepat, seperti video pendek atau meme.
Hal ini membuat otak terbiasa dengan kepuasan instan, menghambat perkembangan keterampilan konsentrasi jangka panjang.
Selain itu, penelitian dari Journal of Adolescence Health menunjukkan anak muda yang menghabiskan lebih dari tiga jam sehari di media sosial berisiko lebih tinggi mengalami kecemasan, depresi, dan gangguan tidur.
Salah satu efek jangka panjang adalah ketidakmampuan untuk menghadapi tugas yang membutuhkan pemikiran kompleks atau penyelesaian masalah. “Ketika otak terus-menerus terpaku pada hal-hal dangkal, kapasitas untuk memahami dan menyelesaikan masalah kompleks akan menurun,” tambah Huberman.
Psikolog klinis, Dr. Andrew Huberman, menyarankan agar anak muda mengatur waktu penggunaan media sosial dan menggantinya dengan aktivitas yang merangsang otak, seperti membaca, berolahraga, atau meditasi.
“Istirahat dari media sosial dapat membantu otak memulihkan kemampuan fokusnya,” katanya.
Membatasi waktu layar, khususnya sebelum tidur, juga menjadi langkah penting untuk menghindari dampak buruk ini.
Orang tua dan pendidik diimbau untuk mendukung anak muda menciptakan kebiasaan digital yang sehat demi menjaga kesehatan mental dan kognitif mereka. (*)