Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini
GORONTALO, BICARAA.COM – Liga Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (LMID) Eksekutif Wilayah Gorontalo melaksanakan kegiatan Pendidikan Dasar di Kelurahan Bionga, Kabupaten Gorontalo, Jumat (12/9/2025).
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Ketua Eksekutif Wilayah LMID Gorontalo, Khalifah Ridho, dan diikuti mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Gorontalo.
Kehadiran peserta dari beragam latar belakang kampus menjadi bukti adanya semangat kolektif untuk belajar, berproses, sekaligus mengasah kesadaran kritis dalam perjuangan menegakkan demokrasi kerakyatan.
Pendidikan dasar ini digelar selama tiga hari penuh di aula Kantor Desa Bionga dan dikemas sebagai sarana perekrutan anggota baru LMID.
Ketua panitia, Safrin Husen, menyampaikan kegiatan tersebut murni terlaksana berkat iuran anggota tanpa ada bantuan dari pihak manapun.
Menurutnya, kemandirian ini menunjukkan komitmen organisasi untuk berdiri di atas kekuatan sendiri, sekaligus menumbuhkan tanggung jawab kolektif di kalangan anggota.
Dalam pelaksanaannya, peserta mendapatkan sejumlah materi pokok yang dianggap penting untuk membentuk pemahaman dasar seorang kader.
Materi itu antara lain membahas problematika massa rakyat Indonesia, sistem pendidikan nasional, sejarah gerakan mahasiswa, manifesto LMID, hingga manajemen dan pelatihan aksi.
Selain itu, peserta juga mempelajari sejarah perjuangan rakyat Papua yang dinilai sarat dengan nilai perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan.
Khalifah Ridho dalam sambutannya menegaskan, mahasiswa sejatinya memiliki peran sebagai pembantu setia rakyat dan dituntut menempatkan kepentingan massa tertindas di atas kepentingan pribadi maupun golongan.
Ia berharap seluruh peserta pendidikan dasar bisa menumbuhkan sikap kesetiakawanan, saling menguatkan, dan mampu mengartikulasikan kepentingan rakyat dalam setiap langkah perjuangan.
“Selamat datang kepada kawan-kawan calon anggota LMID. Semoga dalam suasana pendidikan dasar yang penuh kesederhanaan ini kita bisa saling menerima dan menguatkan satu sama lain sebagai kawan dalam perjuangan,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Khalifah juga mengkritisi kondisi pendidikan di Indonesia yang menurutnya tidak pernah sungguh-sungguh demokratis.
Ia menyebut penindasan tidak hanya terjadi di pabrik-pabrik atau tanah rakyat yang dirampas, melainkan juga di dalam kampus.
“Pendidikan di Indonesia tidak pernah benar-benar gratis, ilmiah, dan demokratis. Kampus justru menjadi ruang yang mencetak tenaga kerja murah dan melanggengkan budaya kepatuhan, bukan membebaskan mahasiswa,” ujarnya tegas.
Kenyataan inilah yang menjadi alasan mengapa LMID terus hadir di ruang-ruang kampus, membangun kesadaran mahasiswa, dan menggalang kekuatan solidaritas yang lebih luas.
Menurut Khalifah, selama ketidakadilan masih berlangsung, LMID harus tetap menjadi wadah kaderisasi progresif yang melahirkan intelektual berpihak kepada rakyat.
Kegiatan ini disambut antusias oleh mahasiswa peserta yang melihatnya sebagai ruang untuk menimba ilmu, berdiskusi, dan memperluas wawasan tentang perjuangan rakyat.
LMID berharap melalui pendidikan dasar ini akan lahir generasi mahasiswa yang tidak hanya memiliki kapasitas intelektual, tetapi juga kesadaran kritis serta keberanian untuk bertindak nyata mengawal kepentingan rakyat tertindas.
Dengan semangat kolektif yang dibangun, LMID menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat gerakan mahasiswa di Gorontalo.
Pendidikan dasar ini dipandang sebagai pijakan awal untuk membentuk kader-kader muda yang siap berada di garis depan perjuangan demokrasi kerakyatan dan tidak tercerabut dari tugas historis mahasiswa sebagai agen perubahan sosial. (*)