Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini
POHUWATO, BICARAA.COM – Bandara Panua resmi menutup operasional sejak 11 Agustus 2025.
Kepala Bidang Pengembangan dan Keselamatan Dishub Pohuwato, Noning Ahmad, menjelaskan ada dua faktor utama yang melatarbelakangi keputusan tersebut.
Pertama, rendahnya jumlah penumpang yang sudah terjadi jauh sebelum tragedi kecelakaan.
Kedua, trauma masyarakat pasca jatuhnya pesawat SAM Air PK-SMH di wilayah Pohuwato pada Oktober 2024.
“Ditutupnya itu mulai tanggal 11 Agustus, tapi bukan berarti tidak ada penerbangan lagi. Dari pemda sudah ada langkah untuk mengembalikan kembali rute Pohuwato–Gorontalo dan Pohuwato–Palu,” ujar Noning saat dikonfirmasi, Selasa (23/9/2025).
Dijelaskannya, rencana pemulihan sudah mulai disiapkan. Pemda menyiapkan dua strategi besar.
Sosialisasi untuk meningkatkan jumlah penumpang serta penambahan runway yang sudah masuk anggaran APBN.
Meski begitu, Noning mengakui keberhasilan rencana tersebut sangat bergantung pada kembalinya kepercayaan publik terhadap Bandara Panua.
“Yang pertama, untuk meningkatkan penumpang pemda melakukan sosialisasi. Kedua, penambahan runway akan diupayakan dan sudah dianggarkan lewat APBN,” jelasnya.
Selain itu, pemerintah daerah juga berencana menerbitkan Peraturan Bupati yang mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) menggunakan Bandara Panua untuk perjalanan dinas.
Selama ini ASN memang belum optimal menggunakan bandara, tetapi langkah berbasis kewajiban dikhawatirkan tidak menyentuh akar persoalan rendahnya minat masyarakat umum.
Kebijakan ini dianggap bisa menambah resistensi, bukannya membangun kepercayaan baru terhadap transportasi udara di Pohuwato.
“Pelaksanaan kegiatan untuk ASN itu diupayakan akan di-Perbup-kan,” tambah Noning.
Sementara itu, seorang warga Marisa, Arifin Mohamad (46), mengaku penutupan ini bisa dimaklumi karena rasa takut masih melekat setelah tragedi kecelakaan.
Menurutnya, banyak warga yang ragu menggunakan pesawat sejak peristiwa tersebut.
“Kami masih trauma karena kecelakaan tahun lalu. Banyak orang takut naik pesawat. Tapi kalau nanti sudah ada jaminan keamanan dan masyarakat yakin kembali, saya percaya bandara ini bisa ramai lagi,” tutur Arifin.
Ia menambahkan, masyarakat sebenarnya membutuhkan bandara untuk menghemat waktu perjalanan.
Namun, faktor rasa aman tetap menjadi hal utama yang harus dijawab pemerintah.
“Kalau masyarakat sudah percaya lagi, bandara ini pasti dibuka dan digunakan. Kami berharap pemerintah serius membangun kembali keyakinan itu,” tutupnya. (*)