Gobel mengatakan, Indonesia harus cermat dalam membaca tren energi kendaraan ke depan.
“Jangan sampai uang kita dibelanjakan untuk hal-hal yang tak berkesinambungan. Karena selain membelanjakan uang untuk hal yang tak berumur panjang, juga karena membuat infrastruktur energi yang tak berkelanjutan juga,” katanya.
Pada kesempatan itu Gobel juga menerangkan tentang makna transfer teknologi dan dampaknya.
“Transfer teknologi itu harus direbut, tidak ada orang yang akan memberikan teknologinya secara cuma-cuma,” katanya.
Selain itu, katanya, transfer teknologi juga ada tahapannya. Mulai dari transfer of job dan transfer of skill, lalu transfer of knowhow, dan akhirnya transfer of intellectual property.
Pada tahap pertama adalah peralihan pekerjaan dan keterampilan dalam mengerjakan sesuatu secara teknis, kemudian penguasaan dan pemahaman tentang konsep dalam membuat barang, dan akhirnya yang menyangkut aspek riset dan penemuan.
“Nah, aspek ketiga ini yang membutuhkan kecanggihan berpikir dan ketekunan meriset,” katanya.
Dalam konteks transfer teknologi tersebut, kata Gobel, kebijakan tentang TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) memiliki posisi strategis. Dengan adanya kewajiban TKDN, katanya, maka investor akan membangun industri di dalam negeri.
Sehingga uang masuk, lapangan kerja tercipta, bahan baku diproses di dalam negeri, dan yang paling penting sumberdaya manusia Indonesia mengalami akselerasi kemajuan.
“Transfer teknologi kan ujungnya pada kualitas sumberdaya manusia. Taiwan dan China juga memulai industrinya dengan cara yang sama,” katanya.