Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini
GORONTALO, BICARAA.COM – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Solidaritas Mahasiswa untuk Reforma Agraria Sejati (SMARAS Gorontalo) menggelar aksi mimbar bebas di depan gerbang Kampus 1 Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Rabu (24/9/2025).
Aksi ini digelar untuk memperingati Hari Tani Nasional sekaligus menuntut pemerintah menjalankan reforma agraria sejati sebagaimana janji Presiden Prabowo.
Organisasi mahasiswa yang terlibat dalam aksi ini antara lain Liga Mahasiswa Indonesia Demokratis (LMID), PPMBG, KPMIPM, IMPIP, serta mahasiswa Fakultas Pertanian UNG.
Mereka menyuarakan kekecewaan terhadap pemerintah yang dinilai belum menunjukkan langkah konkret dalam memperjuangkan kesejahteraan petani di Gorontalo.
Khalifah Ridho, Koordinator Lapangan sekaligus Ketua LMID Wilayah Gorontalo, menyebut selama 200 hari kepemimpinan Presiden Prabowo, belum ada kebijakan nyata yang berpihak kepada petani.
“Penggusuran lahan atas nama Proyek Strategis Nasional (PSN), perampasan tanah oleh perkebunan dan perusahaan besar, serta konflik agraria yang merugikan masyarakat adat semakin marak,” ujarnya.
Ridho juga menyinggung pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja yang dianggap lebih berpihak pada investor asing.
Padahal, menurutnya, Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) yang berusia 65 tahun seharusnya menjadi dasar untuk memperkuat hak-hak petani.
“UU Cipta Kerja justru menjauhkan semangat UUPA dan menguntungkan kapital besar, sementara RUU Masyarakat Adat sampai hari ini tak kunjung disahkan,” tambahnya.
Selain soal agraria, mahasiswa juga menyuarakan keprihatinan atas kasus kematian Mohammad Jeksen, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial UNG, usai mengikuti pengkaderan Mapala Butaiyo Nusa.
Mereka menilai tragedi tersebut mencerminkan lemahnya perlindungan terhadap mahasiswa di lingkungan kampus.
“Solidaritas terhadap MJ akan terus berkembang hingga keluarga korban mendapatkan keadilan. Kami menolak segala bentuk kekerasan dalam dunia kampus,” tegas Ridho.
Aksi mimbar bebas itu berlangsung dengan orasi bergantian dari berbagai perwakilan organisasi mahasiswa.
Mereka membawa poster berisi tuntutan reforma agraria sejati, keadilan untuk korban kekerasan, serta seruan perlawanan terhadap ketidakadilan sosial.
Bagi mahasiswa, Hari Tani Nasional bukan sekadar momentum seremonial, melainkan pengingat bahwa perjuangan petani dan masyarakat adat masih panjang.
Mereka menegaskan reforma agraria sejati harus segera diwujudkan, bukan hanya menjadi janji politik.
Solidaritas mahasiswa Gorontalo pun semakin menguat. Aksi ini menjadi simbol bahwa perjuangan untuk hak-hak rakyat dan keadilan sosial tetap hidup di kalangan generasi muda.
Mereka menegaskan, perjuangan ini akan terus dilanjutkan hingga reforma agraria sejati benar-benar dirasakan petani dan masyarakat adat di seluruh Indonesia. (*)