HeadlinesPohuwato

Enam Fakta Duka Banjir Bandang di Pohuwato, Desa Lumpuh Total

×

Enam Fakta Duka Banjir Bandang di Pohuwato, Desa Lumpuh Total

Sebarkan artikel ini
Dampak Banjir Bandang di Desa Tuweya, Kecamatan Wanggarasi, Kabupaten Pohuwato, Rumah Hancur dan Rusak, Foto: (Istimewa)

Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini


POHUWATO, BICARAA.COM– Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, pada Jumat malam (20/6/2025) menyebabkan banjir bandang besar yang melanda lima desa di tiga kecamatan.

Bencana ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat, mulai dari rusaknya rumah warga hingga hilangnya mata pencaharian.

Berikut enam fakta penting dari kejadian banjir bandang tersebut:

1. Dua Warga Tewas Saat Hendak Tidur

Peristiwa tragis terjadi di Desa Tuweya, Kecamatan Wanggarasi, saat banjir bandang melanda kawasan itu pada Jumat malam.

Dua warga, Laras Tiari Lakoro (15) dan Ance Munu (36), ditemukan meninggal dunia usai terseret arus deras dan tertimbun material rumah yang hancur akibat banjir.

Kedua korban diketahui memiliki hubungan keluarga sebagai ponakan dan tante. Malam itu, mereka sedang berada di dalam rumah dan bersiap untuk tidur.

Hujan yang turun sejak sore hari membuat warga tak menyangka bahwa banjir besar akan datang dengan begitu cepat.

Warga sekitar sempat mendengar suara gemuruh dan teriakan minta tolong, namun tidak mampu berbuat banyak karena air tiba-tiba meluap dengan sangat deras.

Dalam hitungan menit, rumah-rumah yang berada di dataran rendah langsung terendam dan terseret arus.

Upaya pencarian dilakukan oleh warga dibantu aparat dan relawan pada keesokan harinya. Kedua korban ditemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa di sekitar reruntuhan rumah.

2. Ketinggian Banjir Capai 4 Meter

Arus air yang sangat deras datang dalam waktu yang sangat singkat. Hujan deras yang terus mengguyur sejak sore hari membuat tanah tak mampu lagi menyerap air.

Dalam hitungan menit, air bah langsung menerjang pemukiman warga tanpa peringatan. Warga pun panik dan hanya sempat menyelamatkan diri.

Ketinggian air saat kejadian di sejumlah titik tercatat mencapai hingga empat meter.

Di Desa Tuweya, banyak rumah warga yang hampir seluruhnya terendam, hanya menyisakan bagian atap yang terlihat dari permukaan air.

Kondisi itu menyulitkan evakuasi dan membuat banyak warga terjebak semalaman.

Tak hanya rumah, kendaraan, perabotan rumah tangga, hingga barang-barang berharga ikut terseret arus.

Warga tak sempat lagi menyelamatkan harta benda mereka karena harus fokus menyelamatkan nyawa. Banyak dari mereka yang kini hanya tersisa pakaian di badan.

“Kami hanya sempat membawa anak-anak keluar. Barang semua hilang,” ujar Mei Kadir (47), warga

Desa Tuweya, yang masih trauma dengan kejadian itu. Ia dan keluarganya kini mengungsi di balai desa bersama puluhan warga lainnya yang kehilangan tempat tinggal.

3. Hewan Ternak Hanyut

Banjir bandang yang melanda wilayah Pohuwato tidak hanya merusak rumah dan infrastruktur, tetapi juga menghanyutkan hewan ternak milik warga.

Sejumlah sapi milik peternak lokal dilaporkan hanyut terbawa derasnya arus air yang melintasi ladang dan kandang.

Kerugian ini sangat dirasakan masyarakat, terutama petani dan peternak kecil yang menggantungkan hidup dari hasil ternak.

Sapi merupakan aset utama bagi mereka, bukan hanya sebagai sumber pendapatan, tetapi juga sebagai cadangan ekonomi keluarga yang bernilai tinggi.

Sebagian warga menyatakan tidak sempat menyelamatkan ternak karena harus mengutamakan keselamatan diri dan keluarga.

Kandang-kandang yang berada di sekitar aliran sungai ikut terseret, dan sapi-sapi yang sempat lepas tidak semuanya berhasil ditemukan.

Hingga Sabtu sore, beberapa warga mulai menyisir area sungai dan ladang. Beberapa sapi ditemukan dalam kondisi mati, sementara sebagian lainnya belum diketahui keberadaannya.

4. Tiga Kecamatan Terdampak, Tuweya Terparah

Banjir bandang yang terjadi sedikitnya lima desa di wilayah barat Kabupaten Pohuwato.

Desa-desa yang terdampak antara lain Sidorukun dan Pelambane di Kecamatan Randangan, Bohusami dan Tuweya di Kecamatan Wanggarasi, serta Desa Lemito di Kecamatan Lemito.

Seluruh wilayah ini mengalami banjir secara hampir bersamaan akibat curah hujan tinggi yang turun tanpa henti sejak sore hari.

Debit air yang tinggi dan arus deras membuat wilayah-wilayah rendah di desa tersebut cepat tergenang.

Jalan-jalan desa lumpuh, akses transportasi terputus, dan banyak warga terisolasi selama berjam-jam sebelum bantuan datang.

Banjir juga merusak fasilitas umum seperti sekolah, balai desa, dan tempat ibadah di beberapa titik.

Dari kelima desa yang terdampak, Desa Tuweya menjadi wilayah yang mengalami dampak paling parah.

Warga dari desa-desa lain seperti Bohusami, Sidorukun, Pelambane, juga sempat mengungsi di rumah keluarga.

Meski tidak ada korban jiwa di wilayah tersebut, kerusakan infrastruktur dan kehilangan hasil tani serta ternak tetap menyisakan beban berat bagi masyarakat.

Pemerintah setempat kini mulai membuka posko darurat di beberapa lokasi untuk membantu para pengungsi.*

5. 50 Hektare Lahan Jagung Rusak

Tak hanya rumah warga dan hewan ternak, banjir bandang juga memukul sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi warga setempat.

Salah satu dampak terparah terjadi pada lahan jagung milik petani di wilayah terdampak.

Sedikitnya 50 hektare lahan jagung yang tersebar di Desa Tuweya, Bohusami Pelambane, dan Sidorukun dilaporkan rusak total.

Tanaman jagung yang sebagian besar sudah memasuki masa panen terendam air selama berjam-jam hingga akhirnya tersapu arus.

Petani tidak sempat menyelamatkan hasil tanam mereka karena banjir datang mendadak pada malam hari.

“Jagung sudah siap panen, tapi semua hanyut. Ini benar-benar pukulan berat bagi kami,” ujar Tamin Ibrahim (53) , salah satu petani di Desa Pelambane.

Kerugian ekonomi dari sektor pertanian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.

Pemerintah daerah diminta segera turun tangan memberikan bantuan bibit dan pupuk, serta memastikan pemulihan pertanian berlangsung cepat agar warga bisa kembali bertani.

6. Desa Lumpuh Total, Jalan Rusak dan Listrik Padam

Banjir bandang yang menerjang wilayah barat Pohuwato juga menyebabkan lumpuhnya aktivitas warga, khususnya di Desa Tuweya, Kecamatan Wanggarasi.

Desa ini menjadi titik paling parah terdampak bencana. Sebagain Jalan-jalan penghubung antardesa rusak parah akibat tergerus derasnya arus air.

Selain itu, aliran listrik di Desa Tuweya mengalami gangguan serius. Sejumlah wilayah mengalami pemadaman sejak malam kejadian.

Warga terpaksa menggunakan genset seadanya untuk penerangan dan pengisian daya alat komunikasi.

Namun karena terbatasnya bahan bakar, tak semua rumah bisa menikmati penerangan.

Hingga berita ini diturunkan, upaya pemulihan infrastruktur dan pendistribusian bantuan darurat masih terus berlangsung di lapangan. (*)


Share:   

Baca Berita Kami Lainnya di: 
Putih-Biru-Modern-Simpel-Selamat-Hari-Dokter-Nasional-Instagram-Post-3