Gorontalo

Jelang HUT RI ke-80, Pedagang Musiman di Gorontalo Kebanjiran Pembeli

×

Jelang HUT RI ke-80, Pedagang Musiman di Gorontalo Kebanjiran Pembeli

Sebarkan artikel ini
Amun (41) Salah Satu Pedagang Bendera di Kota Gorontalo yang Dapat Penghasilan Lebih Jelang Kemerdekaan Republik Indonesia, Foto: (Fadillah Tangahu/bicaraa.com)

Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini


BICARAA.COM, GORONTALO – Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, geliat ekonomi mulai tampak dari para pedagang musiman yang menjajakan berbagai atribut merah putih.

Salah satunya adalah Amun (41), warga Gorontalo yang telah lima tahun terakhir menjual bendera dan pernak-pernik kemerdekaan di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman (JDS), Kota Gorontalo.

Setiap pagi sejak pukul 07.00 hingga sore hari, Amun setia menata dagangannya di trotoar yang ramai dilalui warga. Di lapaknya, tampak berderet rapi berbagai ukuran bendera merah putih, umbul-umbul, hingga rumbai-rumbai khas perayaan 17 Agustus.

“Bendera yang saya jual mulai dari harga Rp15 ribu sampai Rp75 ribu, tergantung ukuran. Kalau rumbai-rumbai itu bisa sampai Rp300 ribu satuannya,” ungkap Amun kepada bicaraa.com, Kamis (07/08/2025).

Bendera ukuran kecil 30 cm, menurut Amun, biasanya dibeli oleh pengendara motor atau bentor (becak motor) untuk dipasang di kendaraan mereka.

Sementara ukuran paling laris di musim ini adalah bendera 1,8 meter yang dipasang di rumah atau kantor. Harganya bisa mencapai Rp75 ribu per lembar.

Meski hanya berjualan di waktu-waktu tertentu menjelang perayaan nasional, Amun mengaku usahanya cukup menguntungkan.

Ia bisa meraup omzet hingga Rp6 juta per bulan di momen seperti ini, terutama karena lonjakan permintaan dari instansi pemerintah dan sekolah.

“Biasanya yang banyak beli dari kantor-kantor dan sekolah. Kalau komunitas atau individu jarang beli banyak, paling satu dua,” tambahnya.

Tanggapan Pembeli: Bentuk Kecintaan Tanah Air

Antusiasme masyarakat terhadap atribut kemerdekaan juga terlihat dari para pembeli yang lalu lalang di sekitar lapak Amun.

Mereka datang dari berbagai latar belakang, mulai dari pegawai, guru, hingga ibu rumah tangga.

“Setiap tahun saya pasti beli bendera baru buat dipasang di depan rumah. Selain bentuk penghormatan kepada para pahlawan, saya ingin anak-anak saya juga tumbuh dengan rasa cinta tanah air,” ujar Rina Dunggio (35), seorang guru SD di Kota Gorontalo.

Senada dengan Rina, seorang ASN bernama Dedi Moha (43) mengaku membeli bendera ukuran besar untuk menghiasi kantornya.

“Kami di kantor diwajibkan memasang bendera dan umbul-umbul mulai awal Agustus. Tapi saya juga beli tambahan untuk di rumah, supaya lebih meriah,” katanya.

Sementara itu, Sulaeman (27), seorang pengemudi bentor, membeli dua bendera kecil untuk dipasang di kendaraannya.

Baginya, atribut kemerdekaan tak hanya memperindah tampilan, tapi juga menunjukkan identitas sebagai warga negara yang bangga.

“Walau saya hanya beli yang murah, rasanya tetap bangga bisa ikut merayakan kemerdekaan,” tuturnya sambil memasang bendera kecil di bagian depan bentornya.

Harapan dan Tantangan Pedagang

Di tengah persaingan dengan pedagang lain yang juga menjajakan produk serupa, Amun berharap penjualannya tahun ini bisa lebih baik dibanding tahun lalu.

Ia mengandalkan kualitas bahan dan pelayanan ramah untuk menarik pembeli.

“Saya usahakan bahan benderanya dari kain yang tahan air dan tidak mudah luntur. Pembeli pasti puas kalau produknya bagus,” jelas Amun.

Selain kualitas, lokasi strategis dan momentum perayaan menjadi kunci keberhasilan usahanya.

Ia menyebut, biasanya omzet tertinggi diraih di minggu kedua bulan Agustus, ketika permintaan meningkat drastis.

Namun, Amun juga tak menampik adanya tantangan. Salah satunya adalah cuaca yang tak menentu dan razia dari petugas ketertiban yang melarang pedagang berjualan di trotoar.

“Kadang hujan deras bikin barang dagangan basah semua. Belum lagi kalau Satpol PP datang. Tapi saya tetap jualan karena ini satu-satunya penghasilan saya tiap tahun,” ujarnya pasrah.

Meski demikian, semangat Amun tetap tinggi. Ia meyakini bahwa menjual bendera bukan sekadar bisnis musiman, melainkan bentuk partisipasi kecil dalam menyemarakkan semangat kemerdekaan.

“Selama masyarakat masih semangat menyambut 17 Agustus, saya akan terus jualan bendera,” pungkasnya dengan senyum. (*)


Share:   

Baca Berita Kami Lainnya di: 
Image
Image