BICARAA.COM, JAKARTA– Anggota DPR RI dari Partai Nasdem, Rachmat Gobel, menegaskan penggunaan produk dalam negeri merupakan bentuk nyata cinta Tanah Air, komitmen kebangsaan, dan nasionalisme.
“Jika ada pejabat yang tidak mengutamakan penggunaan produk dalam negeri dalam kebijakan di kementeriannya, sebaiknya diganti saja,” ujarnya menanggapi rencana penggunaan kendaraan dinas hasil produk lokal untuk para menteri dan pejabat setingkat eselon I.
Rachmat Gobel juga menyampaikan pemerintah sudah memiliki regulasi mengenai penggunaan produk dalam negeri melalui kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen.
Namun, ia mencatat bahwa regulasi tersebut belum diimplementasikan dengan baik, yang berujung pada deindustrialisasi Indonesia.
“Indonesia harus mencontoh apa yang dilakukan India dan China, yang memanfaatkan pasar besar mereka untuk menguatkan industri dalam negeri,” tegasnya.
APBN 2024 dan Potensi Penguatan Industri
Sejalan dengan itu, Rachmat Gobel sepakat pejabat yang lebih suka menggunakan produk impor seharusnya dicopot.
“Dana APBN yang diambil dari pajak rakyat seharusnya digunakan untuk memajukan produk dalam negeri. Ini menunjukkan kurangnya nasionalisme dan kepedulian terhadap rakyat,” katanya.
Menurutnya, penggunaan produk dalam negeri berarti menciptakan lapangan kerja dan menghidupkan industri lokal.
Dirinya juga mengungkapkan APBN Indonesia untuk tahun 2024 mencapai Rp 3.325 triliun, jumlah yang sangat mencukupi untuk menghidupkan industri dalam negeri.
Sehingga, aa mendorong semua program kementerian, BUMN, dan pemerintah daerah untuk wajib menggunakan produk lokal.
“Kewajiban ini akan memberikan kepastian bagi investor untuk berinvestasi di Indonesia,” tambahnya, sambil menekankan pentingnya menjaga mutu produk sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Peran Industrialisasi dalam Ketahanan Nasional
Dengan tumbuh dan berkembangnya industri dalam negeri, Gobel menekankan pentingnya penguasaan teknologi oleh anak bangsa.
“Untuk menguasai teknologi, bukan hanya dengan berdiskusi, tetapi juga dengan praktik. Tanpa industri, penguasaan teknologi itu omong kosong,” ungkapnya.
Ia menekankan semua jenis industri berkontribusi pada ketahanan nasional, baik dalam masa damai maupun perang.
“Semua industri itu berdimensi ketahanan: industri alat berat, otomotif, dan lainnya berfungsi untuk kesejahteraan rakyat di masa damai. Namun di masa perang, industri tersebut dapat bertransformasi menjadi industri pertahanan,” jelasnya.
Tanpa semua industri ini, ketahanan nasional akan semakin rentan. Rachmat Gobel juga mengingatkan bahwa industrialisasi akan menciptakan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
“Jumlah penduduk Indonesia yang besar memerlukan lapangan kerja yang besar pula. Jika kita terus mengimpor, kita hanya menciptakan lapangan kerja untuk negara lain,” katanya.
“Jadi manfaatkan pasar dalam negeri yang besar ini untuk industrialisasi, dan jangan biarkan pasar kita dibanjiri produk impor,” tutupnya. (*)