Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini
GORONTALO, BICARAA.COM– Setiap hari, tangan Hajrin Hasan (32) tak pernah lepas dari batu, palu, dan karung.
Sejak usia remaja, ia telah menggantungkan hidup di tambang batu kapu di Kelurahan Dember 1, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo.
Kini, setelah 15 tahun, pekerjaan itu masih menjadi satu-satunya tumpuan hidup bagi dirinya dan keluarga.
“Alhamdulillah, penghasilan saya dari bekerja di tambang batu kapur ini bisa membantu perekonomian keluarga,” ujar Hajrin saat ditemui bicaraa.com, Senin (30/6/2025).
Bersama sejumlah pekerja lain, Hajrin membongkar batu kapur dari perbukitan, lalu mengemasnya ke dalam karung untuk dijual.
Ia mengaku, meski pekerjaan berat, namun penghasilan yang didapat cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pemasaran batu kapur dilakukan secara langsung maupun digital. Kini, mereka memanfaatkan media sosial untuk memperluas jangkauan pembeli.
“Biasanya ada yang datang langsung ambil dari tambang, tapi sekarang kami juga promosi lewat media sosial. Sudah banyak yang tahu,” jelasnya.
Produk batu kapur dari Gorontalo ini juga telah dikirim ke berbagai daerah luar, seperti Kotamobagu, Palu, hingga Namlea, Maluku.
Terkait harga, Hajrin menyebut ada dua sistem.
Batu kapur yang dikemas dalam sak kecil dijual Rp8.000 per sak, sedangkan yang menggunakan karung beras lebih besar dihargai Rp30.000 per karung.
Untuk upah, sistem borongan digunakan. Setiap karung yang berhasil dikemas, dihargai Rp600.
Bila sedang ramai dan cuaca mendukung, Hajrin mampu menyelesaikan hingga 200 karung dalam sehari.
“Gajinya dihitung per karung. Kalau banyak yang dibongkar, sehari bisa lumayan,” katanya.
Meski menguras tenaga, Hajrin bersyukur bisa bertahan di profesi ini. Ia menyebut kerja keras di tambang adalah jalan halal untuk membiayai keluarga.
“Yang penting halal dan cukup untuk keluarga. Sudah 15 tahun saya kerja begini,” ucap Hajrin menutup percakapan. (*)