Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini
POHUWATO, BICARAA.COM — Sejumlah petani jagung di Kabupaten Pohuwato gagal panen akibat serangan hama tikus pada musim tanam April–September tahun ini.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, serangan hama tikus menjadi penyebab utama kerusakan tanaman di beberapa titik wilayah pertanian.
Akibatnya, sebagian besar lahan tak lagi menghasilkan panen yang diharapkan.
Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Kabupaten Pohuwato, Syadik Abdullah, mengungkapkan bahwa total lahan yang terdampak mencapai sekitar 15 hektare.
Kondisi ini menyebabkan banyak petani mengalami kerugian cukup besar.
“Gagal panen itu akibat serangan hama tikus sekitar 15 hektare. Setahu saya selaku petugas hama dan penyakit hanya sebatas itu,” ujarnya kepada bicaraa.com, Jumat (10/10/2025).
Syadik menjelaskan, tugasnya sebagai petugas pengamat hama hanya sebatas memantau dan mencatat gangguan yang disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman.
Faktor lain seperti bencana alam atau aktivitas pertambangan berada di luar kewenangannya.
“Kalau kerusakan akibat alam dan pertambangan, itu di luar kapasitas saya selaku petugas pengamat,” jelasnya.
Dari data POPT, lahan yang terdampak tidak berada di satu kawasan luas, melainkan tersebar di beberapa titik berbeda.
Setiap lokasi terdampak memiliki luasan bervariasi antara 1 hingga 2 hektare.
“Dalam 15 hektare itu, rata-rata 1 sampai 2 hektare, tapi tidak sehamparan, hanya berupa spot-spot,” tambah Syadik.
Ia menambahkan, terdapat sekitar 10 orang petani yang mengalami gagal panen total akibat serangan tersebut, sementara sebagian lainnya masih memiliki hasil meski jumlahnya menurun drastis.
“Sekitar 10 petani gagal panen, sisanya masih ada yang bisa memanen sebagian,” ujarnya.
Menurutnya, serangan hama tikus biasanya meningkat menjelang akhir musim tanam saat lahan mengering dan predator alami berkurang.
Petani bersama petugas lapangan telah melakukan pengendalian secara manual untuk meminimalkan kerusakan.
Kini, para petani tengah menunggu musim tanam berikutnya yang diperkirakan dimulai pada pertengahan Oktober hingga November, tergantung curah hujan.
“Kalau kondisi sekarang, tanamannya sudah tidak ada lagi,” tutup Syadik. (*)