Megawati akhirnnya berhasil terpilih sebagai ketua umum, dan membuat dirinya sebagai representasi dari Soekarno begitu dicintai rakyat.
Hal itu menimbulkan ketidaksukaan di kubu Soeharto, yang akhirnya menjadikan Soerjadi sebagai batu loncatan dalam menjatuhkan Megawati. Soerjadi kemudian memanipulasi kongres dan mengklaim kemenangannya di Kongres Luar Biasa (KLB) Medan.
Intervensi pemerintah terhadap urusan internal partai politik memang kerap terjadi dalam sistem perpolitikan di Indonesia, hal ini bertujuan untuk menghilangkan kelompok oposisi, dan peristiwa kudatuli termasuk salah satu intervensi yang dilakukan pemerintah secara terang-terangan dan inkonstitusional.
Langkah-langkah intervensi yang dilakukan Soeharto yakni dengan cara mendukung Soerjadi seorang politikus yang pro-pemerintah, dan juga berupaya untuk mengambil alih kantor pusat PDI yang diduduki pendukung Megawati.
Upaya intervensi pemerintah lalu dihalau dengan menghadirkan mimbar rakyat yang diinisiasi oleh pendukung Megawati.
Mimbar rakyat menjadi kanalisasi bagi PDI kubu Megawati dalam menyampaikan kritikan terhadap keberpihakan pemerintah orde baru.
Tindakan ini turut melibatkan orang-orang dari kelompok Partai Rakyat Demokratik (PRD). Mimbar rakyat yang awalnya hanya berisi kolektivitas PDI kemudian menjadi meluas oleh kehadiran masyarakat yang mendengarkan pidato-pidato kritikan terhadap pihak pemerintah.
Konsolidasi PDI dengan rakyat melalui mimbar rakyat telah mampu mambangkitkan kesadaran kritis atas segala perilaku politik orde baru.