Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini
BICARA.COM- Gorontalo, sebuah daerah dengan kekayaan budaya yang luar biasa, memiliki kuliner khas bernama Tiliaya.
Makanan tradisional ini telah ada sejak abad ke-15 dan dikenal sebagai hidangan para raja pada masa kejayaan kerajaan Gorontalo.
Tidak hanya menggugah selera, Tiliaya juga menyimpan nilai historis dan filosofis yang tinggi, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari identitas daerah.
Menurut sejarah, Tiliaya pertama kali dibuat oleh seorang putri kerajaan bernama Tiliaya.
Hidangan ini menjadi simbol kemewahan dan sering disajikan dalam pertemuan para petinggi kerajaan.
Selain itu, Tiliaya juga memiliki makna simbolis sebagai bentuk perlawanan terhadap bangsa Portugis, menunjukkan keberanian dan kekuatan rakyat Gorontalo dalam mempertahankan tradisi mereka.
Tiliaya terbuat dari bahan-bahan lokal seperti gula merah, telur, dan santan kelapa.
Proses pembuatannya melibatkan langkah-langkah sederhana namun penuh makna: gula aren dihaluskan, dicampur dengan telur dan santan, lalu diaduk hingga merata.
Adonan ini kemudian disaring, dituangkan ke dalam cetakan kecil, dan dikukus selama 15-20 menit. Untuk aroma khas, daun pandan diletakkan di atas adonan sebelum dikukus.
Tiliaya juga memiliki nilai filosofis mendalam. Hidangan ini menjadi media untuk menjalin hubungan manusia dengan Tuhan, roh leluhur, dan alam.
Sebagai simbol sakral, Tiliaya mencerminkan harmoni antara adat, agama, dan alam yang menjadi dasar kehidupan masyarakat Gorontalo.
Namun, di tengah gempuran makanan modern, Tiliaya mulai tergerus zaman.
Upaya pelestarian makanan ini menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Gorontalo untuk menjaga warisan leluhur yang sarat makna.
Dengan melestarikan Tiliaya, mereka turut menjaga identitas dan kebanggaan budaya daerah. (*)