Pohuwato

Jelang Hari kemerdekaan, Warga Lemito Kecewa Panggung Utama Rusak Parah

×

Jelang Hari kemerdekaan, Warga Lemito Kecewa Panggung Utama Rusak Parah

Sebarkan artikel ini
Tampak Kondisi Panggung di Kecamatan Lemito Rusak Parah, Foto: (Rizal/bicaraa.com)

Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini


BICARAA.COM, POHUWATO – Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia, kondisi panggung utama Kecamatan Lemito, Kabupaten Pohuwato, memunculkan keprihatinan.

Panggung yang seharusnya menjadi pusat peringatan nasional tingkat kecamatan itu tampak rusak parah, khususnya di bagian plafonnya.

Pantauan di lokasi menunjukkan kerusakan plafon tidak hanya bersifat ringan, melainkan sudah dalam kategori berat.

Sebagian besar plafon terbuat dari papan tripleks yang kini telah lapuk, melengkung, dan bahkan bolong di beberapa bagian.

Beberapa lembaran plafon terlepas dari rangka kayu dan menggantung tak beraturan, menciptakan kesan kumuh dan membahayakan bagi siapa pun yang beraktivitas di bawahnya.

Lebih parahnya lagi, lubang-lubang besar di plafon memperlihatkan kerangka atap yang sudah tidak utuh. Beberapa kayu penyangga tampak termakan usia, sebagian lainnya tampak bengkok.

Dikhawatirkan, jika tidak segera diperbaiki, bagian langit-langit bangunan ini bisa runtuh sewaktu-waktu.

Bahkan tampak pula sisa-sisa air hujan yang merembes di bekas plafon yang rusak, menandakan bahwa atap pun sudah tidak sepenuhnya kedap air.

Abdul Azis Suko, Kepala Seksi Ekonomi Pembangunan & Lingkungan Hidup Kecamatan Lemito, membenarkan pihaknya sudah menerima laporan mengenai kondisi kerusakan tersebut.

Ia mengaku mendapat informasi dari salah satu kontraktor lokal bahwa anggaran perbaikan sebenarnya telah direncanakan.

“Kami dengar sudah ada anggarannya, tapi memang belum turun. Kami harap segera direalisasikan,” singkat Azis.

Azis juga menyampaikan, kondisi ini sangat memprihatinkan karena dapat mencoreng wajah Kecamatan Lemito di momen penting seperti Hari Kemerdekaan.

Ia mengaku kecewa karena fasilitas publik yang begitu vital justru terabaikan.

“Panggung ini menjadi pusat kegiatan masyarakat. Kalau tidak ada keseriusan dari pemerintah daerah, kami seperti tidak dianggap. Ini bukan sekadar infrastruktur, ini simbol kebersamaan masyarakat,” tambahnya.

Menurut Azis, pihak kecamatan telah berulang kali menyampaikan kondisi tersebut kepada instansi teknis, namun tidak kunjung mendapat kepastian.

Ia menganggap lambannya respon ini menunjukkan kurangnya kepedulian terhadap wilayah pinggiran seperti Lemito.

“Kalau acara kabupaten semua disiapkan dengan matang, tapi giliran kami di kecamatan, seperti anak tiri. Padahal, semangat nasionalisme harus dirayakan merata, bukan cuma di pusat kabupaten,” tegasnya.

Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, pihak kecamatan berinisiatif menutup bagian plafon yang rusak dengan kain putih sebagai solusi sementara.

Upaya itu dinilai penting agar panggung tetap bisa digunakan saat pelaksanaan upacara 17 Agustus dan kegiatan-kegiatan lainnya.

“Langkah ini kami lakukan agar suasana perayaan tetap khidmat, meski kondisi fisik panggung sangat memprihatinkan. Tapi tentu saja ini hanya solusi jangka pendek,” lanjut Azis.

Warga Kecamatan Lemito juga menyuarakan kekecewaannya. Mereka menganggap, di momen penting seperti perayaan HUT ke-80 RI, panggung utama yang sudah menjadi ikon kegiatan masyarakat seharusnya mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah.

“Saya heran, tiap tahun upacara di sini, tapi kondisinya makin rusak. Masa tunggu roboh dulu baru diperbaiki?” kata Rino Dunggio (43), warga Kecamatan Lemito.

Rino menilai, kondisi panggung yang dibiarkan rusak hingga parah seperti ini memperlihatkan ketidakpedulian terhadap kebutuhan warga.

Ia menegaskan, pemerintah seharusnya bisa memprioritaskan pembangunan yang langsung menyentuh masyarakat.

“Kalau gedung itu jatuh, siapa yang bertanggung jawab? Jangan tunggu ada korban dulu baru gerak. Ini momen penting dan tidak seharusnya kita rayakan dengan rasa was-was,” ujarnya.

PUPR: Sudah Dianggarkan, Tapi Tertahan karena Efisiensi

Menanggapi hal ini, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Pohuwato, Rusdiyanto Mokodompit, membenarkan bahwa anggaran perbaikan plafon panggung Lemito memang telah disiapkan. Menurutnya, sekitar Rp150 juta telah dialokasikan melalui Dana Alokasi Umum (DAU).

“Memang benar sudah ada anggarannya, kami sudah rancang sekitar Rp150 juta untuk perbaikan plafon panggung Lemito,” ujar Rusdiyanto saat dikonfirmasi terpisah oleh bicaraa.com, Rabu, (06/08/2025).

Namun, anggaran tersebut masih tertahan karena kebijakan efisiensi anggaran yang saat ini sedang diberlakukan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah daerah.

“Sementara ini anggarannya belum bisa dicairkan karena kita masih menunggu hasil final dari proses efisiensi. Ini juga berkaitan langsung dengan petunjuk dari pemerintah pusat, khususnya dari Kementerian Keuangan,” jelasnya.

Kendati demikian, Rusdiyanto menegaskan pihaknya tetap berupaya agar proses pencairan dapat dipercepat, terutama mengingat pentingnya perbaikan tersebut dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan RI.

“Kami akan berusaha agar bisa diakomodasi kembali setelah efisiensi selesai. Jika instruksi dari pusat sudah ada, maka segera kami tindak lanjuti,” tegasnya.

Ia juga menyatakan kesiapannya untuk berkoordinasi dengan TAPD dan Bappeda agar perbaikan dapat diprioritaskan, terlebih karena kerusakan bangunan sudah dalam taraf mengkhawatirkan.

“Kami juga harus pikirkan faktor keselamatan. Jangan sampai nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan hanya karena kerusakan dibiarkan terlalu lama,” tutup Rusdiyanto. (*)

Share:   

Baca Berita Kami Lainnya di: 
Image