Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini
BICARAA.COM– Gorontalo, yang dikenal sebagai Serambi Madinah, memiliki tradisi adat yang kaya akan nilai keislaman.
Salah satu tradisi tersebut adalah molonthalo, sebuah upacara adat yang digelar untuk menyambut kelahiran bayi.
Tradisi ini umumnya dilakukan saat usia kehamilan memasuki tujuh hingga delapan bulan, terutama bagi anak pertama.
Molonthalo bertujuan untuk memohon kelancaran persalinan sekaligus menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWT atas karunia kehidupan baru.
Acara ini diisi dengan pembacaan Alquran, lantunan salawat, dan doa bersama yang dipimpin oleh seorang kiai.
Kehadiran keluarga besar dan masyarakat sekitar dalam tradisi ini menjadi wujud dukungan moral dan spiritual bagi calon ibu.
Selain itu, molonthalo memiliki makna mendalam yang mencakup beberapa aspek penting dalam kehidupan masyarakat Gorontalo.
Tradisi ini merepresentasikan kebahagiaan keluarga suami atas kehadiran generasi penerus, serta menjadi pengingat bagi para gadis untuk menjaga kesucian diri dan kehormatan.
Nilai-nilai ini selaras dengan adat Gorontalo yang menjunjung tinggi norma kehidupan yang berpadu dengan ajaran Islam.
Farha Daulima (2006) dalam penelitiannya menyebutkan, molonthalo merupakan bagian dari sistem peradatan yang telah berlangsung secara turun-temurun.
Tradisi ini diselaraskan dengan ajaran Islam, seperti yang tertuang dalam Alquran Surah Al-Mu’minun ayat 12-14, yang menjelaskan proses penciptaan manusia.
Dalam budaya Gorontalo, proses ini diistilahkan dengan tahapan seperti matiloyonga (umur satu bulan), ma molone’o (tiga bulan), dan ma modu’oto (enam bulan).
Molonthalo juga mencerminkan persiapan calon orang tua untuk menyambut kehadiran anak mereka, baik secara fisik maupun mental.
Melalui tradisi ini, masyarakat Gorontalo tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga memperkuat hubungan dengan Sang Pencipta.
Hidangan tradisional yang disajikan dalam acara ini menjadi simbol kebersamaan dan rasa syukur yang mendalam. (*)