Gorontalo

386 Tangis Guru Honorer Pecah di Depan Kantor Gubernur Gorontalo

×

386 Tangis Guru Honorer Pecah di Depan Kantor Gubernur Gorontalo

Sebarkan artikel ini
Sejumlah Guru Honorer Menggelar Aksi Depan Kantor Gubernur Gorontalo, Foto: (Iron/bicaraa.com)

Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini


GORONTALO, BICARAA.COM– Tangis ratusan guru honorer pecah di depan Kantor Gubernur Gorontalo, Senin (17/11/2025).

Sebanyak 386 guru yang hadir dalam aksi itu tak mampu lagi menahan emosi setelah bertahun-tahun menunggu kepastian pengangkatan P3K yang tak kunjung diberikan pemerintah.

Mereka datang dengan penuh kelelahan dan kekesalan.

Banyak di antara mereka mengaku sudah menyerahkan berkas berulang kali, mengikuti seluruh tahap administrasi, namun status mereka tetap menggantung tanpa kepastian.

Salah satu guru honorer, Ramli Poloso, guru agama di SMK Negeri 1 Suwawa, mengatakan dirinya sudah menerima SK Gubernur sejak 2017.

Namun namanya tidak pernah masuk dalam usulan P3K.

“Dari 2022 kami tidur di BKD, bolak-balik bawa berkas. Katanya ada empat tahapan dan sebagian sudah diusulkan. Tapi kenapa kami tidak masuk usulan? Apa benar karena alasan kebijakan fiskal?” kata Ramli dalam orasinya, dengan suara bergetar.

Ramli turut menyoroti perbedaan perlakuan terhadap guru swasta di Gorontalo dibandingkan dengan guru swasta di Jakarta yang menurutnya jauh lebih terjamin secara status.

Ratusan guru yang hadir juga mengaku frustrasi setelah mengabdi lebih dari lima tahun.

Mereka bekerja dari pagi hingga malam, mengikuti seluruh kegiatan sekolah, tetapi status mereka tetap tidak jelas.

“Kami tinggalkan anak di rumah demi sekolah. Tapi nasib kami tetap begini,” ucap seorang guru yang menangis saat menyampaikan keluhannya.

Aksi tersebut berubah semakin haru saat para guru mengenang murid-murid yang telah mereka didik.

Mereka menyebut banyak murid yang kini telah menjadi polisi, ASN, atau bekerja di instansi pemerintah, sementara mereka sendiri masih berjuang mendapatkan pengakuan status.

“Ada murid kami sudah jadi PNS. Tapi kami, guru mereka, tetap tidak jelas. Itu sangat menyakitkan,” lanjut Ramli dalam orasi yang kembali membuat peserta aksi menangis.

Para guru menegaskan pemerintah provinsi harus memberikan keputusan final terkait pengangkatan P3K.

Mereka tidak ingin lagi menerima janji tanpa kepastian setelah menunggu bertahun-tahun.

“Ini soal masa depan kami dan keluarga. Kami ingin jawaban yang jelas,” tegas massa.

Aksi berjalan tertib, namun para guru memastikan akan kembali turun ke jalan jika pemerintah tidak segera memberikan keputusan tentang status mereka sebagai P3K. (*)


Share:   

Baca Berita Kami Lainnya di: 
Image