BICARAA.COM, Gorontalo – Meski telah berdiri selama 23 tahun, Provinsi Gorontalo masih dihadapkan pada permasalahan kemiskinan dan ketimpangan sosial.
Badan Pusat Statistik (BPS) Gorontalo mendata selama lima tahun terakhir angka kemiskinan di Provinsi Gorontalo tidak mengalami penurunan.
Pada tahun 2019, angka kemiskinan tercatat sebesar 15,52 persen, diikuti oleh 15,22 persen pada tahun 2020.
Kemudian meningkat menjadi 15,61 persen pada tahun 2021, dan sedikit turun menjadi 15,42 persen di tahun 2022. Pada tahun 2023, angka kemiskinan mencapai 15,15 persen.
Ketua Umum Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam Sulawesi Utara – Gorontalo (Badko Sulut-Go), Aris Setiawan, mengungkapkan pentingnya perbaikan dalam pengelolaan data kemiskinan.
Menurutnya, Pemerintah Gorontalo harus menghadirkan data yang lebih akurat dan inovatif agar permasalahan kemiskinan dapat diatasi dengan lebih efektif.
“Coba kita lihat, sebanyak 183,71 ribu jiwa di Gorontalo masih hidup dalam kemiskinan. Dari jumlah tersebut, 159,60 ribu jiwa tinggal di pedesaan dan 24,12 ribu jiwa di perkotaan. Namun, kita belum bisa membuktikan dengan jelas kondisi aktual masyarakat baik di desa maupun di kota,” jelasnya.
Aris menambahkan, banyak program pembangunan di desa yang tidak tepat sasaran karena masih didasarkan pada perkiraan dan bukan pada data yang akurat.
Pengelolaan data di desa masih bersifat manual, dan rendahnya pemanfaatan teknologi menjadi salah satu kendala utama dalam mendukung pembangunan desa.
“Kini teknologi sudah semakin maju. Pemerintah harus bisa memanfaatkan teknologi ini secara efektif dan efisien, serta melibatkan warga desa dalam proses pembangunan,” tegasnya.
Aris juga berharap agar pemerintah dan stakeholder terkait dapat mengakhiri perdebatan tentang data kemiskinan di Gorontalo dengan menyajikan data yang lebih akurat dan terkini.
Menurutnya, perencanaan pembangunan harus didasarkan pada data yang up-to-date dan relevan, agar solusi yang diberikan tepat sasaran.
“Saya berharap pemerintah lebih terbuka terhadap inovasi dan memanfaatkan peluang teknologi untuk menyelesaikan masalah kemiskinan dan ketimpangan di Gorontalo,” tutupnya. (*)