Pohuwato

PETI Rusak Irigasi, 80 Persen Sawah Pohuwato Tidak Bisa Dipanen

×

PETI Rusak Irigasi, 80 Persen Sawah Pohuwato Tidak Bisa Dipanen

Sebarkan artikel ini
Nawir Makuta, Kepala Desa (Kades) Duhiadaa, Kecamatan Duhiadaa, Kabupaten Pohuwato, foto : (Irfan jamaati/bicara.com)

Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini


POHUWATO, BICARAA.COM – Kepala Desa Duhiadaa, Kecamatan Duhiadaa, Nawir Makuta, mengungkapkan mayoritas warganya mengalami gagal panen selama tiga musim berturut-turut.

Ia mengatakan, kegagalan itu dialami hampir 80 persen petani di wilayahnya.

“Gagal ini hampir semua, kurang lebih tiga kali musim tanam, jadi mungkin sekitar 80 persen yang gagal,” ungkap Nawir kepada bicaraa.com, Selasa (30/9/2025).

Di Desa Duhiadaa terdapat sembilan kelompok tani dengan total 228 anggota, namun kini, sebagian besar kehilangan harapan untuk kembali bertanam.

Memasuki musim tanam tahun ini, Nawir mencatat hanya sekitar 20 persen petani yang masih berani turun ke sawah selebihnya enggan, karena risiko kerugian terlalu besar.

Menurut Nawir, penyebab utama kerusakan lahan pertanian berasal dari aktivitas pertambangan emas tanpa izin (PETI) di wilayah hulu.

“Dengan adanya aktivitas tambang ini, pasir masuk ke sawah-sawah. Bisa jadi juga ada pengaruh merkuri atau perak yang terbawa ke lahan,” tegasnya.

Ia menambahkan, meski belum ada penelitian laboratorium, kondisi air irigasi sudah tidak layak dipakai.

“Airnya sudah seperti susu, tidak layak lagi digunakan,” jelas Nawir.

Situasi ini berdampak besar bagi warga yang 90 persennya bergantung pada pertanian, mereka kini kehilangan pendapatan utama.

“Petani itu kasihan menjerit, mereka tidak punya lagi penghasilan,” keluhnya.

Selain faktor lingkungan, masalah biaya juga menjadi kendala, setelah tiga kali gagal panen, banyak petani tidak lagi memiliki modal untuk memulai kembali.

Untuk itu, Nawir mendesak pemerintah daerah agar segera turun tangan, ia meminta agar Pemda tidak memberi kesan lepas tangan dalam menghadapi krisis.

“Kami hanya berharap pemerintah daerah mencarikan solusi,” tegasnya.

Ia menambahkan, kegagalan panen tidak hanya terjadi di Duhiadaa, tetapi juga melanda desa tetangga seperti Padengo, Mekar Jaya, Mootilango, Buntulia Barat, hingga Bulili. (*)

Share:   

Baca Berita Kami Lainnya di: 
Image