BICARAA.COM, BOALEMO-Kecamatan Mananggu, yang dikenal sebagai tempat dengan keberagaman tradisi dan budaya yang kaya, saat ini tengah menghadapi permasalahan terkait perubahan pendekatan dalam memelihara kebudayaan lokal.
Selama ini, masyarakat Mananggu telah dengan tekun merawat dan menjaga keberagaman tradisi dan budaya mereka, menjadikan kondisi sosial dan ritual keagamaan di sana relatif aman dan harmonis.
Namun, tahun ini menjadi pengecualian. Sebuah euforia berkaitan dengan kemenangan seorang kontestan di ajang DA6 (Dangdut Academy 6) tampaknya telah memicu pergeseran dalam pendekatan terhadap adat istiadat setempat.
Menurut Sam Suronoto, salah satu tokoh masyarakat setempat, kekecewaan muncul ketika pemerintah setempat merencanakan sebuah konser besar-besaran yang bertepatan dengan perayaan tradisional mereka, yaitu perayaan ketupat.
Ini menjadi pertanda pertama terhadap perubahan pola pendekatan terhadap kebudayaan setempat.
Ferdi Bobihu, seorang aktivis senior, menambahkan bahwa perayaan tradisional setiap tahun di Mananggu tidak pernah mendapat dukungan material dari pemerintah daerah setempat.
Hal ini menunjukkan ketidakhadiran peran pemerintah dalam menjaga kelestarian budaya lokal.
Irfan Dai menyarankan agar pemerintah setempat lebih memperhatikan kecamatan Mananggu dalam agenda-agenda sosial dan kebudayaan.
Mengapa konser tersebut tidak dilaksanakan di Mananggu sendiri, menjadi pertanyaan yang patut dipertimbangkan.
Perasaan kekecewaan dan ketidakpuasan juga dirasakan oleh Noldi Biya, yang menyebut bahwa kegiatan konser pada saat perayaan tradisional merupakan suatu bentuk eksploitasi popularitas.