PohuwatoSuara Lokal

Bentor, Lima Anak, dan Kisah Keteguhan Seorang Ayah di Marisa

×

Bentor, Lima Anak, dan Kisah Keteguhan Seorang Ayah di Marisa

Sebarkan artikel ini
Iki, Ojek Becak Motor (Bentor) Saat Diwawancarai di Kecamatan Marisa, Pohuwato, Gorontalo, (Irfandi Jumaati/bicaraa.com)

Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini


POHUWATO, BICARAA.COM — Selama lebih dari dua puluh tahun, Iki, seorang abang bentor di Kecamatan Marisa, tetap setia mengaspal demi menafkahi keluarganya.

Dari bentor sederhana, ia mampu menghidupi lima anaknya tanpa mengenal lelah.

“Saya sekitar 20 tahun bawa bentor, itu dari tahun 2000. Bentor pertama saya itu yang kecil, harganya masih dua juta setengah,” tutur Iki sambil tersenyum saat ditemui Bicaraa.com, Rabu (29/10/2025).

Perjalanan hidup Iki dimulai di Tilamuta, Kabupaten Boalemo.

Di sanalah ia pertama kali menjadi abang bentor sebelum kembali ke tanah kelahirannya, Marisa, setahun lalu.

“Saya asli Marisa, tapi baru ba taxi di sini dari tahun 2024 kemarin,” ucapnya.

Meski profesinya sederhana, Iki merasa penghasilan di Marisa lebih menjanjikan dibandingkan saat masih di Tilamuta.

Ia menyebut rezeki di kampung halaman cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarganya.

“Di sini lumayan penghasilannya, daripada selama saya di Tilamuta. Alhamdulillah, lumayan untuk kebutuhan keluarga,” katanya dengan nada syukur.

Kini, dengan lima anak yang menjadi tanggungannya, bentor bukan sekadar alat mencari uang, tapi simbol perjuangan dan tanggung jawab.

“Pokoknya saya bawa bentor itu jalan terus, tanpa kenal lelah. Anak saya ada lima orang yang saya hidupkan dari penghasilan ini,” ujarnya tegas.

Iki juga menjelaskan kisaran tarif yang biasa ia kenakan kepada penumpang.

Untuk tujuan Randangan, ia mematok ongkos Rp75 ribu. Sementara perjalanan ke Paguat dan Iloheluma di Kecamatan Patilanggio dikenai tarif sekitar Rp50 ribu.

“Tergantung jarak dan tujuan, tapi biasanya segitu,” ujarnya.

Selama dua puluh tahun menekuni profesi ini, Iki sudah lima kali mengganti bentor.

Semua dilakukan demi kenyamanan dan efisiensi kerja, bukan untuk gaya.

“Dari tahun 2000 itu total bentor saya sudah lima. Di Tilamuta dua, Paguyaman dua, dan ini yang terakhir di Marisa. Saya jual terus beli lagi supaya nyaman bawa bentor,” terangnya.

Ia mengaku, pekerjaan ini menuntut ketahanan fisik dan kesabaran tinggi. Cuaca panas, hujan, hingga sepinya penumpang sering menjadi tantangan.

Namun bagi Iki, selama niatnya tulus, rezeki akan selalu ada.

“Bagi saya, penting betul-betul mencari rezeki yang halal. Dari bentor ini saya bisa bertahan dan membesarkan anak-anak,” katanya menutup percakapan. (*)


Share:   

Baca Berita Kami Lainnya di: 
Image