Gulir Kebawah Untuk Tetap Baca Berita
Merah-Ilustrasi-Kampanye-Ayo-Memilih-Pemilihan-Umum-Instagram-Post-2
Kab. Gorontalo

Perubahan Suku Polahi: Dari Kehidupan Nomaden ke Masyarakat Modern di Desa Bihe Kabupaten Gorontalo, Simak Kisah Lengkapnya

×

Perubahan Suku Polahi: Dari Kehidupan Nomaden ke Masyarakat Modern di Desa Bihe Kabupaten Gorontalo, Simak Kisah Lengkapnya

Sebarkan artikel ini
SUMBER FOTO: BICARAA.COM (DELLA RAHMAT), Yunus Sapaan Akrabnya (Bayunu) Salah Satu Warga Dari Suku Polahi Yang Telah Mendiami Desa Bihe, Kabupaten Gorontalo.

Liputan Khusus Ini Dilakukan Oleh Reporter Bicaraa.com, (Della Rahmat) Dengan Rubrik Cerita Nusantara dari Pelosok Negeri Dengan Mengangkat Tradisi Lokal Gorontalo.

BICARAA.COM, GORONTALO – Suku Polahi di Provinsi Gorontalo dikenal dengan kehidupan nomaden (berpindah-pindah tempat) selama bertahun-tahun, kelompok ini mengasingkan diri dari dunia luar untuk menghindari penjajahan dan memilih hidup secara mandiri di alam liar.

Namun, beberapa anggota suku Polahi kini mulai meninggalkan kehidupan di hutan dan beradaptasi dengan masyarakat setempat.

Salah satu tokoh yang menunjukkan perubahan ini adalah Yunus, atau yang akrab disapa Bayunu oleh masyarakat di Desa Bihe, Kecamatan Asparaga, Kabupaten Gorontalo.

Yunus telah menetap secara permanen di desa tersebut sejak tahun 1982, meninggalkan gaya hidup nomaden yang menjadi ciri khas suku Polahi.

kepada bicaraa.com, Kepala Desa Bihe, Parmin Bilo, menjelaskan langkah Yunus untuk menetap di desa menjadi simbol perubahan besar dalam kehidupan suku Polahi.

Parmin juga mengungkapkan pemerintah desa telah memberikan bantuan berupa rumah untuk ditempati oleh Yunus dan keluarganya.

“Karena mereka sudah memiliki kartu keluarga, jadi lebih mudah mengurus bantuan,” ungkapnya.

Kini, Yunus hidup bersama kedua anaknya, Iki (15 tahun) dan Adi (12 tahun), setelah berpisah dengan istrinya.

Meski telah beradaptasi dengan kehidupan masyarakat, kedua anaknya belum dapat mengenyam pendidikan formal karena jarak sekolah yang jauh.

“Jauh di sini sekolah, dorang mau pergi akan. Jadi belum saya sekolahkan,” kata Yunus.

Yunus, yang kini beragama Islam, telah bekerja sebagai pemanjat kelapa dan tukang besi untuk menghidupi keluarganya.

Ia mengaku meninggalkan kehidupan di hutan karena diajak oleh pemerintah yang menemukannya di sana.

“Kalau di hutan, tinggal saja di sana. Sekarang di masyarakat, harus ikut aturan di sini,” ungkapnya.

Untuk mendukung proses adaptasi Yunus dan keluarganya, pemerintah setempat telah memberikan berbagai bantuan, mulai dari rumah, lahan pertanian, hingga bantuan sosial lainnya. (*)

Share:   

Baca Berita Kami Lainnya di: 
Biru-dan-Ungu-Modern-Webinar-Bisnis-Facebook-Post-1
Merah-Ilustrasi-Kampanye-Ayo-Memilih-Pemilihan-Umum-Instagram-Post-2