KontrolPohuwato

Selama 25 Tahun, 10 Hektar Hutan Mangrove di Pohuwato Rusak Parah

×

Selama 25 Tahun, 10 Hektar Hutan Mangrove di Pohuwato Rusak Parah

Sebarkan artikel ini
Tampak Kawasan Mangrove di Pohuwato yang Telah Rusak, Foto: (Irfandi Jumaati/bicaraa.com)

Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini


POHUWATO, BICARAA.COM — BKSDA SulutGo mengungkap kerusakan hutan mangrove di kawasan Cagar Alam Panua, Kabupaten Pohuwato.

Jalur pasang surut air laut yang tertutup menjadi penyebab utama rusaknya ekosistem mangrove di wilayah tersebut.

Kepala Seksi KSDA SulutGo, Sjamsuddin Hadju mengatakan, dari total luas 25 hektar kawasan mangrove, sekitar 10 hektar telah mengalami kerusakan.

Kondisi ini telah berlangsung lama dan memerlukan penanganan serius dari berbagai pihak.

“Di lokasi saya ini ada tiga kawasan hutan, salah satunya yang menjadi tanggung jawab KSDA adalah kawasan konservasi di sekitar jembatan timbang Pohuwato. Di situ mangrovenya sudah rusak cukup lama,” ujarnya kepada bicaraa.com, Senin (13/10/2025).

Ia menjelaskan, upaya rehabilitasi sebenarnya sudah dilakukan berulang kali oleh berbagai lembaga, termasuk PLN, KSDA, dan Bappeda.

Namun hasilnya belum maksimal karena permasalahan utama, yaitu tersumbatnya jalur pasang surut air laut, belum terselesaikan.

“Itu sudah beberapa kali ditanami, baik dari PLN, KSDA, maupun Bappeda. Tapi tetap tidak tumbuh baik, karena jalur airnya tertutup. Padahal mangrove itu butuh air pasang surut untuk hidup,” jelasnya.

Kondisi tersebut menyebabkan air di sekitar kawasan menjadi tawar saat musim hujan, padahal mangrove memerlukan air asin dan sirkulasi air laut yang rutin agar bisa tumbuh normal.

“Kalau air masuk susah keluar karena tidak ada saluran, otomatis ekosistemnya terganggu. Mangrove itu sensitif, jadi sirkulasi air sangat penting,” lanjutnya.

Sjamsuddin juga menambahkan, kerusakan di kawasan ini bukan hal baru. Ia memperkirakan kondisi tersebut sudah terjadi lebih dari dua dekade.

“Kondisi itu sudah lama, sekitar 25 tahun. Jadi memang bukan baru, tapi belum juga diperbaiki secara menyeluruh,” ujarnya.

Untuk memulihkan kawasan itu, ia menilai perlu dilakukan penataan ulang sistem aliran air dan penanaman kembali mangrove menggunakan metode yang tepat.

“Kalau mau berhasil, jalur pasang surut harus dibuka dulu. Setelah itu baru tanam ulang. Kalau ditanam terus tanpa memperbaiki sirkulasinya, hasilnya tetap sama,” tegasnya.

Ia berharap pemerintah daerah dan lembaga terkait dapat berkolaborasi dalam memperbaiki kawasan mangrove tersebut, agar fungsi ekologis hutan pesisir di Pohuwato dapat kembali berjalan sebagaimana mestinya. (*)

Share:   

Baca Berita Kami Lainnya di: 
Image