Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini
GORONTALO, BICARAA.COM– Fakta baru terungkap terkait dugaan kekerasan yang dialami seorang mahasiswa bernama Jeksen saat mengikuti kegiatan Pendidikan Dasar (Diksar) Mapala Butaiyo Nusa.
Pihak keluarga menegaskan korban meninggal bukan karena faktor lain, melainkan akibat kekerasan selama proses diksar.
Elfin, keluarga korban, mengungkapkan adanya upaya pihak tertentu yang mencoba mengaburkan fakta kematian Jeksen.
Dijelaskannya, informasi yang beredar sangat merugikan keluarga karena menutup-nutupi dugaan kekerasan.
“Sejak pertama kali dilarikan ke rumah sakit, wajah almarhum sudah bengkak dan lebam, sehingga ia tidak bisa lagi berbicara,” ujar Elfin, Kamis (25/9/2025).
Saat tiba di rumah sakit, lanjut Elfin, sepupu korban sempat bertanya langsung tentang apa yang dialami Jeksen.
Karena tidak mampu bicara, korban mengetik di handphone dan menunjukkan bahwa dirinya dipukul di bagian leher selama proses diksar.
Kondisi korban semakin kritis hingga akhirnya meninggal pada pukul 08.00 WITA.
“Sebelum menghembuskan napas terakhir, korban terus mengeluarkan darah segar dari telinga, mulut, dan hidung,” jelas Elfin.
Fakta lain yang ditemukan keluarga juga memperkuat dugaan kekerasan.
Setelah korban dinyatakan meninggal, keluarga melihat sejumlah tanda luka di tubuhnya, antara lain lebam merah kebiruan di dada.
Ditambah, goresan bekas cambukan di punggung, jempol kaki kiri terkelupas, serta leher membengkak besar dan berwarna hitam.
Elfin menyebut, dugaan kekerasan ini semakin jelas setelah salah satu koordinator lapangan diksar, Sarwan, mengakui adanya pemukulan terhadap korban.
Pengakuan itu disampaikan Sarwan kepada keluarga saat mereka mencari informasi di rumah sakit.
“Pengakuan Sarwan mempertegas bahwa benar terjadi kekerasan selama diksar. Kami meminta kasus ini diusut tuntas agar tidak ada lagi korban berikutnya,” tegas Elfin.
Keluarga korban bersama Koalisi Anti Kekerasan mendesak aparat penegak hukum segera mengusut peristiwa ini.
Mereka menegaskan, keadilan bagi Jeksen harus ditegakkan.
“Ini bukan hanya tentang keluarga kami, tetapi soal nyawa manusia. Jangan ada lagi praktik kekerasan yang dibenarkan atas nama organisasi atau pendidikan,” tutup Elfin. (*)