Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini
GORONTALO, BICARAA.COM — Di tengah keterbatasan ekonomi dan kondisi keluarga yang tak mudah, Wahyudin Tuke (22), mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo (UNG), berhasil membuktikan bahwa mimpi tak mengenal batas.
Ia lulus dengan predikat cumlaude, sebuah capaian yang lahir dari perjuangan panjang dan tekad kuat.
Wahyudin berasal dari keluarga petani dan penjual rempah di pasar tradisional. Ia adalah anak bungsu dari enam bersaudara.
Ayah kandungnya meninggal sejak 2007, dan sang ibu kemudian menikah kembali pada 2011.
Semasa hidup ayah kandungnya bekerja sebagai petani, begitupun dengan ayah tirinya, sementara ibunya gigih mencari nafkah dengan menjual hasil kebun seperti rempah, pisang, ubi, dan sayur-sayuran.
“Dulu kami tinggal di kebun, jauh dari desa. Harus jalan kaki menuruni pegunungan untuk bisa sampai sekolah,” ungkap Wahyudin saat diwawancarai, Jumat (27/6/2025).
Meski hidup dalam kesederhanaan, wahyudin tak pernah menyerah.
Ia bahkan sering membantu sang ibu menjual sayur jika tak habis di pasar, dijajakan di rumah atau dibagikan ke tetangga.
Tahun 2023 menjadi masa paling berat ketika ayah tirinya mengalami stroke, Ibunya kembali menjadi satu-satunya penopang ekonomi keluarga.
Namun, semangat Wahyudin tak surut, Ia justru menjadikan keterbatasan itu sebagai motivasi.
“Ada yang bilang, buat apa kuliah kalau orangtuamu cuma jual daun-daunan, tapi itulah yang membuat saya terus maju,” kata Wahyudin.
Kini, ia berharap kisahnya bisa menjadi penyemangat bagi anak muda lain: bahwa kemiskinan bukan alasan untuk berhenti bermimpi dan berjuang. (*)