Pohuwato

“Anak Satu-Satunya” Duka Mendalam Orang Tua Regina Malaka Kehilangan Putri Tercinta

×

“Anak Satu-Satunya” Duka Mendalam Orang Tua Regina Malaka Kehilangan Putri Tercinta

Sebarkan artikel ini
Paman Korban, Saat di Rumah Duka, Foto: Rizal Zul (bicaraa.com)

Nikmati Update Berita Terbaru dari Bicaraa.com Setiap Hari Melalui Saluran Whatsapp, Bisa Klik Disini

BICARAA.COM, Pohuwato – Regina Malaka, mahasiswi Geologi Universitas Negeri Gorontalo yang tewas terseret arus saat praktik lapangan, adalah anak tunggal.

Ia dikenal pendiam, taat beribadah, dan dekat dengan orang tuanya.

Regina ditemukan meninggal di Sungai Bone Bolango, Kabupaten Bone Bolango, pada Selasa malam, 15 April 2025.

Ia menjadi salah satu dari tiga mahasiswa yang tewas terseret arus saat menyeberangi sungai dalam perjalanan turun dari lokasi pemetaan di Desa Dunggilata, Kecamatan Bulawa, Kabupaten Bone Bolango.

Paman korban, Husin Bau (56), mengatakan tidak ada firasat apa pun sebelum kejadian.

“Bapaknya dan ibunya tidak merasa apa-apa. Tidak ada mimpi, tidak ada tanda,” ujarnya di rumah duka kepada bicaraa.com, Rabu (16/4/2025).

Namun, Husin mengaku sempat melihat perubahan pada keponakannya beberapa hari sebelum keberangkatan. Regina terlihat lebih diam dari biasanya.

“Dia memang anaknya pendiam, tapi akhir-akhir ini lebih sering menyendiri bahkan jarang memberi kabar kepada kedua orang tuanya. Kami pikir dia capek,” katanya.

Selama ini, Regina dikenal tidak pernah membuat masalah. Ia patuh kepada orang tua dan rajin menjalankan ibadah.

“Kalau pulang ke kampung, sholatnya tidak pernah tinggal. Disuruh apa saja nurut,” kata Husin.

Meski satu-satunya anak, Regina tidak manja. Saat libur, ia sering membantu pekerjaan rumah atau ikut ke kebun bersama ibunya.

Di mata keluarga, Regina pribadi yang sederhana dan tidak banyak tingkah.

Orang tua Regina, Pardi Malaka dan Ningsih Dehio, masih terpukul. Sejak jenazah tiba, keduanya lebih banyak diam dan belum bisa menerima banyak tamu.

“Anak satu-satunya. Mereka sangat terpukul,” ujar Husin.

Pemakaman Regina digelar pagi hari, Rabu 16 April 2025, di Desa Desa Buntulia, Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato. Prosesi dihadiri keluarga, warga, pejabat Kabupaten Pohuwato dan Dosen.

Keluarga berharap kejadian serupa tidak terulang. Mereka meminta agar keselamatan mahasiswa di lapangan bisa lebih diperhatikan.

“Kami sudah ikhlas. Tapi kami berharap ke depan kegiatan seperti ini lebih aman dan terkontrol,” tutupnya dengan muka memelas.

Kronologi Kejadian

Tragedi terjadi pada Selasa (15/4/2025), saat 10 mahasiswa Jurusan Geologi, Fakultas MIPA UNG, melaksanakan praktik pemetaan geologi di wilayah pegunungan Desa Dungaliyo, Kecamatan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango.

Mereka memulai aktivitas sejak pukul 10.00 WITA di kawasan perbukitan. Menjelang sore, sekitar pukul 15.00–16.00 WITA, rombongan mulai turun dan hendak menyeberangi Sungai Bone Bolango untuk kembali ke titik awal.

Tanpa tanda-tanda sebelumnya, tiba-tiba air bah datang dari arah hulu. Arus deras menghantam rombongan yang sedang berada di sekitar sungai.

Sebagian mahasiswa sempat bertahan di atas batu, namun sebagian lainnya langsung terseret arus. Akibat derasnya air, para mahasiswa terpisah satu sama lain.

Warga sekitar yang melihat kejadian itu sempat berusaha menolong, tetapi kondisi sungai yang meluap membuat upaya evakuasi darurat tidak memungkinkan.

Tujuh mahasiswa berhasil diselamatkan. Tiga lainnya, termasuk Regina tidak bisa diselamatkan.

Kepala Pusat Studi KKN UNG, Rosbin Pakaya, membenarkan kejadian berlangsung cepat dan mendadak.

“Tiba-tiba ada air bah yang menghantam mereka. Sebagian sempat bertahan di atas batu, sebagian langsung terbawa arus,” tutup Rosbin. (*)

Share:   

Baca Berita Kami Lainnya di: 
Putih-Biru-Modern-Simpel-Selamat-Hari-Dokter-Nasional-Instagram-Post-3